Kita tidak pernah tahu karya yang mana yang mampu menginspirasi banyak orang, maka pastikan yang kita tulis adalah kebenaran.
|
|
#30HariMenulis #TentangKampus #13Saya akan mengawali tulisan ini dengan sebuah kalimat keren dari Faldo Maldini (Ketua BEM UI 2012): “Jika dalam pergulatan ini kita memiliki kekuatan diri yang sangat oke dan juga memiliki teman seperjuangan bergulat yang tidak kalah oke, kita tidak akan pernah ragu untuk mengucap kalimat, jadi kekerenan apa yang akan kita buat hari ini?" Kekuatan diri, teman seperjuangan, dan pikiran untuk membuat suatu karya adalah hal-hal yang banyak sekali saya dapatkan di kampus. Ya, hari ini dan lima hari ke depan saya akan bercerita tentang kampus. Dalam #30HariMenulis ini, kampus menjadi salah satu topik yang spesial, yang kemudian saya angkat dalam blog karena kampus adalah salah satu bagian yang penting dalam hidup saya. Saya rasa hal tersebut tidak berlebihan karena saya banyak sekali belajar, membentuk pola pikir, mengembangkan diri, dan bertemu dengan orang-orang yang luar biasa di kampus. Rasanya energi dalam diri saya meluap ketika membicarakan hal ini.
0 Comments
#30HariMenulis #InspiringBook #12Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa Anak panah jika tak tinggalkan busur tak akan kena sasaran Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan -Imam Syafii- Predikat National Best Seller serta Indonesia’s Most Inspiring Novel rasanya memang sangat layak untuk diberikan pada novel karya Ahmad Fuadi ini. Negeri 5 Menara ini adalah novel pertama dari triloginya. Disusul Ranah 3 Warna dan Rantau 1 Muara. Novel yang pernah diangkat ke layar lebar ini, memberikan banyak kisah menarik dari kehidupan pondok dan membuka pandangan pembacanya tentang pondok itu sendiri. Tak hanya itu, novel ini juga membuat pembacanya memahami budaya merantau masyarakat Minangkabau. Dan yang terpenting adalah membawa inspirasi bahwa siapa saja boleh bermimpi, seperti satu kalimat dalam novel ini: jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar. #30HariMenulis #CeritaPuasa #11Saya akan memulai tulisan ini dengan satu pertanyaan, sebenarnya mendo’akan orang lain itu sulit atau malah gampang? Do’a seperti apa? Sudah tentu do’a untuk kebaikan. Do’a yang benar-benar tulus dari hati. Bahkan orang yang dido’akan tidak mengetahuinya.
Bukan bermaksud sombong, ada beberapa orang teman−yang setiap saya ingat ia-maka saya akan mendo’akan kebahagiaan untuknya. Kelancaran dalam urusan-urusannya dan apapun yang ia lakukan semoga diberikan keberkahan olehNya. Jujur memang hanya beberapa teman yang membuat saya seperti itu. Mungkin karena memang kita pernah bekerja sama dalam organisasi, berteman lama dari masa mahasiswa baru, atau pun karena kita mempunyai pemikiran yang sama dan pernah saling membantu dalam ketidak-mudahan. #30HariMenulis #CeritaPuasa #10Belajar bahwa sangat melelahkan bila kita menggunakan penilaian manusia atas diri kita. Cukuplah Allah yang menilai siapa diri kita. Kalimat tersebut diucapkan oleh seorang teman ketika saya sedang merasa terpuruk akan suatu hal. Dan kalimat itu begitu ampuh untuk mengembalikan semangat dan keikhlasan saya. Semacam pengingat ketika saya sedang lupa bahwa hidup yang diberikan oleh Allah SWT ini adalah jalan untuk mencapai ridhoNya.
Terkadang saya pribadi sibuk dengan penilaian orang lain atas diri ini. Terlalu risau dan khawatir jika apa yang saya lakukan dinilai tidak baik oleh orang lain. Lupa bahwa penilaian Allah jauh di atas segalanya. #30HariMenulis #RandomPost #9Saya mengaminkan ketika Anies Baswedan berkata bahwa beliau mempunyai perbedaan antara cita-cita dan visi dalam hidupnya. Cita-cita adalah sesuatu yang ingin diraih sedangkan visi adalah tentang gagasan. Cita-cita lebih banyak bersifat personal sedangkan visi itu bukan sekadar cita-cita, bukan sekadar posisi yang kita dapat, bukan pula hanya soal jabatan.
#MengadiliAnies ketika berbicara tentang cita-cita untuk Indonesia
#30HariMenulis #CeritaPuasa #8Pernah nggak sih ada hari disaat kita merasa sedang ‘sial’ banget? Melakukan aktivitas dengan banyak sekali hambatan seperti terlambat, barang yang penting malah tertinggal, kehilangan barang yang kita sayangi, dimarahi orang, dan masih banyak lagi. Intinya kita sedang merasa bahwa hari itu semesta sama sekali tak mendukung apa yang kita lakukan. Ujung-ujungnya kita akan merasa sedih, kecewa, hingga marah.
Sejujurnya hal-hal seperti itu kerap kita alami, saya pun begitu. Pernah suatu ketika saya mengalami ‘kesialan’ yang sebenarnya remeh tapi cukup membuat kesal. Pada saat sarapan, saya order makanan melalui aplikasi online. Waktu itu saya memesan nasi kuning khas Banjar untuk sarapan dan soto Banjar untuk dimakan waktu siang harinya. Sejujurnya itu pertama kali saya merasakan nasi kuning dan soto Banjar karena penasaran akan rasanya. Seorang teman berkata bahwa nasi kuning dan soto Banjar tentu rasanya berbeda dengan nasi kuning dan soto yang ada di Jawa Timur, jadilah saya memesan dua menu itu untuk sarapan dan makan siang hari itu. Pertama ketika mencicipi nasi kuningnya memang berbeda karena saya terbiasa dengan rasa nasi kuning yang ada di Jawa Timur. Meskipun begitu nasi kuning Banjar ini tetaplah enak. #30HariMenulis #RandomPost #7Pernah suatu ketika saya diminta untuk mengisi materi dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (BEM FEB UB) pada tahun 2016. Saat dihubungi terkait kesediaan saya mengisi materi untuk kegiatan internal BEM, sebenarnya saya agak ragu lantaran saya harus mengisi perihal manners dalam organisasi. Saya ragu karena saya merasa belum cukup mampu untuk membawakan materi tersebut dan saya merasa manners saya dulu ketika berada di BEM belum tentu cukup baik.
Berguru kepada Raja Tanpa Mahkota (Jang Oetama: Jejak dan Perjuangan H.O.S. Tjokroaminoto)22/5/2018 #30HariMenulis #InspiringBook #6“Semurni-murni Tauhid, setinggi-tinggi ilmu, dan sepintar-pintar siasat.” Jang Oetama: Jejak dan Perjuangan H.O.S Tjokroaminoto merupakan sebuah buku yang memaparkan sejarah dan menelusuri perjuangan H.O.S Tjokroaminoto, seorang tokoh besar bangsa Indonesia, guru yang melahirkan tokoh-tokoh yang berpengaruh bagi bangsa ini.
Buku karya Aji Dedi Mulawarman ini, bukanlah buku sejarah mainstream yang disajikan dengan kaku, seperti kata penulisnya natural, tak ingin terbebani metodologi. Berangkat dari diskusi, kedekatan dengan sejarah, dan penggalian kembali pemikiran H.O.S Tjokroaminoto, maka buku ini ditulis. Pak Tjokro−sebagaimana H.O.S Tjokroaminoto dalam buku ini disebut−, namanya akan selalu terkait dengan Sosialisme Islam, Sarekat Islam, Partai Sarekat Islam, dan Partai Sarekat Islam Indonesia. #30HariMenulis #TentangRumah #5Pemahaman-pemahaman yang baik itu dimulai dari rumah Rumah adalah tempat dan orang-orang di dalamnya. Jika orang lain berkata rumah hanyalah definisi dari orang-orang di dalamnya maka itu tak berlaku bagi saya. Rumah adalah tempat dimana interaksi antar orang-orang di dalamnya. Tempat saya dibesarkan, tempat saya belajar melangkah, tempat saya bersedih dan tertawa dengan cara-cara saya dan keluarga yakini.
Rumah adalah awal kami sebagai satu keluarga untuk bisa mengenal satu sama lain. Menerima segala kekurangan dan kelebihan. Saling belajar dan mengakui kesalahan. Tempat membangun masyarakat dan peradaban dimulai dari rumah sederhana kami. #30HariMenulis #TentangRumah #4Rumah tidak hanya tentang kebahagiaan, disana juga kita temui duka dan hal-hal yang mengecewakan. Jika apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan kenyataan itulah masalah. Dan masalah itu berujung pada kekecewaan dan perjuangan. Seringkali kita menghadapi berbagai masalah dalam hidup ini sesuai dengan kadar kemampuan kita. Pada awalnya kita mungkin akan sangat kecewa dan putus asa, tetapi ada pilihan apakah kita mau berjuang atau tidak.
Menyiapkan ‘Kehilangan’ Saya meyakini sebuah kalimat bahwa apa yang ada di dunia ini, apa yang kita miliki adalah titipan dari Allah SWT. Maka jika apa yang kita miliki suatu saat diambil kembali tanpa kita tahu kapan dan dimana, kita harus siap. |
AuthorIzza Akbarani
|