Kita tidak pernah tahu karya yang mana yang mampu menginspirasi banyak orang, maka pastikan yang kita tulis adalah kebenaran.
|
|
Beberapa waktu lalu berkesempatan bertemu dan sedikit berdiskusi dengan seorang alumni FH UB. Sebenarnya niatan awal memang ingin mencuri ilmu dari beliau terkait skripsi saya sesuai arahan dosen pembimbing sebelumnya. Walau penampilannya apa adanya di umurnya yang masih tergolong muda tetapi kalau ditanya soal syariat dan tasawwuf, jangan salah, beliau jagonya.
Beliau yang dulunya aktivis HMI MPO ini-di akhir diskusi sempat berbagi pengalamannya semasa menjadi aktivis dahulu. Sempat bertanya mengenai kehidupan kampus baik syiar atau pun siyasah, beliau menuturkan bahwa pergerakan yang beliau lakukan dahulu bersama kawan-kawanya sangat sederhana dan kesemuanya bermodal keikhlasan. Ya, cukup keikhlasan untuk menjalani berbagai macam kegiatan yang dilakukan. Tanpa embel-embel sertifikat atau pun penghargaan-penghargaan lainnya. Semua kajian, seminar, atau pun kegiatan mahasiswa lainnya tak perlu meminta-minta ke birokrat dengan membawa proposal pengajuan dana. Kalau pun perlu, nekad berjualan apapun untuk menutupi kekurangan dana. Kajian, seminar dsb. dipersembahkan gratis kepada seluruh mahasiswa tanpa embel-embel tiket masuk. Bagi beliau idealisme sebagai mahasiswa adalah yang paling utama. Ini bukan soal entrepreneur tetapi lebih ke survival-bagaimana bertahan dengan idealisme. Saya banyak belajar dan bercermin terhadap apa yang saya lakukan selama ini. Ikhlas atau tidak hanya diri sendiri dan Allah lah yang mengetahui. Terkadang pun kita tidak bisa mengukur apakah sebenarnya selama ini yang kita lakukan itu berbasis keikhlasan atau hanya semata-mata mengharapkan yang lain. Semoga kita selalu menjadi manusia yang hanya mengharap ridhaNya. Semoga keikhlasan menjadi pilar pergerakan pemuda, kini atau pun nanti. Klojen, Malang 17 Maret 2016 Izza Akbarani
0 Comments
|
AuthorIzza Akbarani
|